Civitas Akademika Maulid Nabi, PPI-Unas Gelar Kajian Teladan Rasulullah Dalam Melestarikan...

Maulid Nabi, PPI-Unas Gelar Kajian Teladan Rasulullah Dalam Melestarikan Alam

-

Pusat Pengajian Islam Universitas Nasional (PPI-UNAS) bekerjasama dengan Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam, Majelis Ulama Indonesia (LPLHSDA-MUI)
Pusat Pengajian Islam Universitas Nasional (PPI-UNAS) bekerjasama dengan Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam, Majelis Ulama Indonesia (LPLHSDA-MUI)

Pusat Pengajian Islam Universitas Nasional (PPI-UNAS) bekerjasama dengan Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam, Majelis Ulama Indonesia (LPLHSDA-MUI) menyelenggarakan kajian dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal 1442 H yang jatuh pada tanggal 29 Oktober 2020.

Kajian diselenggarakan dalam kegiatan diskusi virtual. Tema yang dibahas:”Muhammad SAW sebagai teladan dalam melestarikan alam dan menyelamatkan kelangsungan hidup manusia.”

Kegiatan ini berlangsung pada Jum’at, 30 Oktober 2020. Hadir sebagai pembicara: Ketua Pusat Pengajian Islam Universitas Nasional (PPI-Unas), Dr. Fachruddin Mangunjaya, Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Drh. Indra Exploitasia. M.Si, Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (PLHSDA) MUI, Dr. Hayu S. Prabowo, Dai Konservasi dari Lampung,
Ustadz Alif Makluf Almaduri, dan beberapa Dai Konservasi lainnya.

Dalam keterangan rilisnya, PPI-Unas menyampaikan bahwa Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW adalah momentum yang sangat penting yang bagi manusia dan umat Islam. Karena, Rasulullah membawa risalah yang paling mendasar, yaitu membebaskan manusia dari kebodohan dan kegelapan, untuk menjadikan manusia sebagai mahluk yang beradab, serta membawa kesejahteraan di kehidupan di dunia dan akhirat.

Misi utama Rasulullah SAW diwujudkan dengan perilaku umat Islam terhadap tiga aspek utama dalam kehidupannya, yaitu terhadap Sang Pencipta, terhadap sesama manusia, dan terhadap alam dan lingkungannya.

Drh. Indra Exploitasia. M.Si
Drh. Indra Exploitasia. M.Si

Dalam sambutannya, Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Drh. Indra Exploitasia. M.Si, menyampaikan bahwa kekayaan alam seperti satwa dan tumbuhan merupakan aset yang berharga bagi negara. Ini perlu dilindungi karena sangat menentukan bagi kehidupan manusia saat ini dan yang akan datang.

“Di tengah situasi pandemi saat ini kita belajar bahwa penyakit dapat menjadi penyebab kehancuran dari species manusia. Oleh karena pendekatan agama dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan kesehatan dan ruang hidup baik bagi manusia, maupun ruang hidup bagi makhluk hidup lain, seperti satwa dan tumbuh-tubuhan,” katanya.

Dr. Fachruddin Mangunjaya
Dr. Fachruddin Mangunjaya

Ketua Pusat Pengajian Islam Unas, Dr. Fachruddin Mangunjaya, dalam kesempatan yang sama mengungkapkan bahwa selama perjalanan dakwahnya, Nabi Muhammad SAW telah meletakkan prinsip-prinsip dasar untuk menjaga keseimbangan alam.

Mulai dari pengaturan tata ruang hidup, yang dikenal dengan hima atau kawasan konservasi habitat bagi satwa dan tumbuh-tumbuhan, anjuran untuk menanam pohon, serta mencontohkan kepada para sahabatnya untuk melindungi makhluk hidup.

Nabi Muhammad juga mengajarkan jenis-jenis hewan apa saja yang dapat dikonsumsi atau dipelihara manusia, yang kemudian menjadi kajian para fuqaha mengenai etika manusia dalam memperlakukan hewan dan makhluk hidup lainnya.

“Risalah ini menjadi sangat relevan bagi Indonesia, sebuah negara yang mencakup 1,3 % dari luas daratan dunia, namun memiliki kekayaan keanekaragaman hayati terbesar di dunia,” ujar Dr. Fachruddin.

“Kehadiran satwa atau hidupan liar di muka bumi, sangat penting dikarenakan kehadiran mereka dapat membantu, bahkan melakukan hal yang tidak dapat dilakukan oleh teknologi manusia, seperti penyerbukan dan penyebaran biji-bijian di hutan,” tambah dosen Sekolah Pasca Sarjana di Universitas Nasional itu.

Pendekatan Agama
Tahun 2014, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan Fatwa No.4 tentang Perlindungan satwa langka untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Melalui Fatwa ini, Pusat Pengajian Isla-UNAS bekerja sama dengan LPLHSDA-MUI, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, organisasi masyarakat sipil, universitas dan pesantren mengadakan sejumlah kegiatan.

Termasuk diantaranya adalah pelatihan mengenai Islam dan konservasi bagi para dai di Provisi Aceh, Riau-Sumatera Barat, Lampung, Jakarta, Banten, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara dan Papua.

Pelatihan tersebut dikembangkan melalui proses pembelajaran untuk menggali ayat-ayat yang terdapat di Al-Qur’an dan alam. Pelatihan juga dilengkapi dengan materi seperti buku khutbah, video dan kampanye di sosial media, serta kegiatan diskusi publik yang dapat diakses di website http://ppi.unas.ac.id.

“Pendekatan agama, khususnya Islam, kini menjadi pendekatan yang makin banyak digali dan dikembangkan. Karena ternyata pendekatan ilmiah saja, tidak mendorong manusia dan banyak negara untuk menjaga kelestarian alam. Pendekatan agama justru sangat dibutuhkan dalam kehidupan modern saat ini, seperti ajaran Islam yang menekankan tentang keseimbangan dan keberlanjutan, sangat sejalan dengan inisitiaf Sustainable Development Goals (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan) dimana tujuan ekonomi, sosial dan lingkungan harus sejalan beriringan dan memberikan manfaat pada semua makhluk hidup,” kata Dr. Hayu S. Prabowo, Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (PLHSDA) MUI.

Upaya diseminasi dan sosialisasi fatwa ini, menurut Dr. Hayu, perlu terus digalakkan oleh semua pihak. Terutama untuk menimbulkan kesadaran bahwa merusak alam sesungguhnya bertentangan dengan nilai agama, yang pada akhirnya akan membawa petaka bagi umat manusia sendiri.

Kekayaan hayati Indonesia kini tengah mengalami ancaman besar, yakni punahnya berbagai jenis satwa liar akibat berkurangnya kawasan hutan dan maraknya perburuan serta perdagangan ilegal satwa liar.

Perdagangan ilegal satwa liar merupakan tindak kejahatan yang terorganisir, dan menempati urutan ke lima di dunia, setelah perdagangan narkoba, pemalsuan, perdagangan manusia dan perdagangan minyak, yang nilainya mencapai 19 milyar dolar Amerika (Havoscop.com)

Ustadz Alif Makluf Almaduri, Dai Konservasi dari Lampung mengungkapkan, sesungguhnya penyebab kerusakan lingkungan, seperti perdagangan satwa liar dan perambahan hutan, bukan semata-mata disebabkan oleh faktor ekonomi. Tetapi karena kebodohan dan kerakusan manusia itu sendiri.

“Pada kenyataannya, masyarakat adat yang hidup di dalam hutan, justru mampu menjaga kelestarian alam secara berkelanjutan, karena mereka memanfaatkan hasil hutan sesuai dengan kebutuhannya saja, tidak berlebih-lebihan,” katanya.

Untuk itu, tambahnya, para dai mempunyai peranan yang penting untuk meneruskan risalah Rasulullah untuk mengubah pola pikir masyarakat dan para pemimpin masyarakat agar tidak hanya memikirkan tentang kebutuhan duniawi yang sementara, tetapi juga tentang kebutuhan samawi yang yang lebih panjang.

Upaya untuk mengatasi tindak kejahatan seperti pembalakan hutan, perburuan dan perdagangan ilegal satwa langka memang bukan sebuah perkara yang mudah. Indonesia tidak hanya menjadi negara pemasok, namun juga sebagai pasar dari perdagangan ilegal satwa langka.
Permintaan pasar terhadap satwa langka juga terus melonjak tajam karena beragamnya kebutuhan mulai dari binatang peliharaan, asesoris dan perhiasan, obat-obatan hingga status sosial.

Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan dukungan dari semua pihak dengan pendekatan yang beragam. Pendekatan agama menjadi salah satu pilihan karena agama bertujuan untuk mendorong perubahan perilaku dan moral manusia ke arah yang lebih baik, sebagaimana misi yang dibawah oleh Nabi Muhammad SAW.

Bagaimanapun, Indonesia ini merupakan rumah bagi 300.000 jenis satwa liar atau sekitar 17% dari seluruh jenis satwa di dunia. Ada 515 jenis satwa, diantaranya merupakan jenis mamalia. Kemudian 1539 jenis burung dan 45% lainnya termasuk jenis ikan.

Negara ini juga menjadi habitat bagi satwa-satwa endemik atau satwa yang hanya di ditemukan hanya di Indonesia. Jumlahnya mencapai 259 jenis mamalia, 384 jenis burung dan 173 jenis ampibi (IUCN, 2013).

PPI Universitas Nasional dan LPLHSDA-MUI membawa risalah pendekatan Islam untuk konservasi alam International Congress for Conservation Biology -ICCB, Kuala Lumpur pada tahun 2019, sehingga pendekatan ini mendapatkan apresiasi dari dunia internasional.

Kegiatan tersebut bisa diakses pada di https://www.youtube.com/watch?v=eM3SXHTJ7_k

 

admin
Ideas, stories, thoughts

Komentari

Subscribe to our newsletter

Subscribe info terbaru dari UNAS Press Newsletter langsung ke inbox email

Terkini

HI UNAS dan AIHII Gelar Foreign Policy Outlook 2024

Program Studi Hubungan Internasional Universitas Nasional bekerja sama dengan Asosiasi Ilmu Hubungan Internasional Indonesia (AIHII) menggelar “Foreign Policy Outlook...

Orasi Ilmiah Pengukuhan 10 Guru Besar Universitas Nasional: Mulai Dari Soal Perburuhan Hingga Pandanus Tectorius dari Jawa

  Universitas Nasional membuka tahun 2024 dengan mengukuhkan 10 Guru Besar melalui acara pengukuhan yang digelar selama dua hari berturut-turut....

Capaian Awal Tahun 2024: UNAS Raih Predikat Unggul, Kukuhkan 10 Guru Besar

Ada capaian istimewa di awal tahun 2024 yang berhasil diraih Universitas Nasional. Pertama, UNAS berhasil meraik predikat akreditasi institusi...

Featured

You might also likeRELATED
Recommended to you